Komunitas petani Gaharu Kabupaten Batang, Jawa Tengah, menjalani pelatihan budidaya Gaharu selama Satu Setengah bulan |
Pekalongan News,Batang - Komunitas petani Gaharu Kabupaten Batang, Jawa Tengah, menjalani pelatihan inokulasi budi daya Gaharu selama satu setengah bulan. Sejumlah petani secara swadaya memanggil ahli budi daya Gaharu yaitu Dewi Fortuna warga Blitar, Jawa Timur.
Selama satu setengah bulan, para petani mendapat pelatihan merawat hingga menyuntikan serum berbahan alami. Mereka juga belajar memanfaatkan potensi kayu Gaharu.
"Potensi Gaharu itu sangat banyak, mulai dari daun hingga akar punya potensi. Pohon Gaharu digunakan semua agama, dan pangsa pasarnya luas," jelas Dewi Fortuna di Desa Sempu, Kecamatan Limpung.
Ia menyebut manfaat Gaharu antara lain untuk dupa, hio, teh, kopi, sabun herbal hingga parfum. Seluruh agama di dunia juga membutuhkan Gaharu.
Pangsa pasar olahan Gaharu paling banyak ke Timur Tengah. Untuk jenis teh, sabun atau kopi, biasanya ke Uni Eropa.
Dewi menjelaskan, dari 30 jenis pohon Gaharu, 19 jenis di antaranya asli dari Indonesia. yang tahu potensinya hanya kalangan tertentu. Padahal bisa dibudidayakan di tingkat petani kecil.
Di Batang, Dewi memberi pelatihan inokulasi atau cara menyuntikan pohon gaharu dengan serum atau vaksin yang dibuat sendiri. Jika membeli serum, maka petani harus siap-siap merogoh kocek mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp1 juta untuk satu kali suntik.
Saat ini, hampir 5.000 pohon gaharu budi daya dalam kondisi tersuntik. Harapan untuk bisa dipanen pun terbuka. Untuk masa panen setelah penyuntikan minimal antara 5 tahun hingga 10 tahun.
"Budi daya itu penting, agar bisa melepas ketergantungan panen Kayu Gaharu yang tumbuh di alam. Bahkan, saat ini, pohon Gaharu termasuk kategori langka, tapi bisa dibudidayakan," tuturnya.
Dewi menyebut kesadaran nilai investasi pohon Gahayu justru sudah dipraktikan negara tetangga Malaysia. Di sana ada aturan, tiap rumah tangga wajib menanam minimal satu pohon Gaharu. Pemerintah menyediakan bibit pohon Gaharu.
"Jangan sampai nanti sudah ramai baru sadar, karena lebih dari separuh jenis pohon Gaharu berasal dari Indonesia," tuturnya.
Salah satu petani Gaharu adalah Suprapti, asal Desa Sempu, Kecamatan Limpung. Ia menanam 100 pohon sejak sembilan tahun lalu, tapi kecewa dua kali.
Ia mengakui belum kapok karena potensi besar pohon yang bernama latin, Aquilaria Malaccensis itu, karena hasil panen gaharu punya nilai fantastis. Bahkan, pohon gaharu termasuk jadi kayu termahal di dunia.
Suprapti berujar pernah kecewa dua kali saat menanam Gaharu.
"Pertama, pohon Gaharu saya ditebang orang. Kedua, saya tertipu dengan jasa suntik serum tanaman beraroma wangi itu.
Suntik serum itu, lebih dari 50 persen mati. Itu kedua kalinya saya kecewa, penyuntik serumnya langsung menghilang, dan tidak bisa dikontak," ujarnya.
Ternyata tidak hanya dirinya, tapi ratusan penanam Gaharu di Batang mengalami hal serupa. Ia menemukan fakta itu di sebuah grup petani Gaharu di media sosial.
Berawal dari situ, para pecinta Gaharu saling tukar informasi. Hingga akhirnya, mereka menemukan pegiat gaharu yang benar-benar berhasil.
"Rencananya, kami akan membentuk kelompok tani yang dikuatkan dengan kelembagaan. Lalu mulai berbudidaya Gaharu, dan menyosialisasikan pada masyarakat bahwa pohon untuk investasi tidak hanya sengon, tapi juga Gaharu," jelasnya